Powered By Blogger

Selasa, 18 Oktober 2011

KETURUNAN PRABU AIRLANGGA


‘Ksamakna hulun de Hyang Mami, mwang Dewa Bhatara makadi Hyang Kawitan, moghi hulun tan kneng upadrawa tulah pamidi, nimitaning hulun, ngutaraken katatwan ira, sang wusamungguh ring tmagawasa, lepihaning kawitan, kang wenang kesungsung de treh Airlangga’
(Prasasti Abasan, lembar 1b)

Artinya :
’Maafkanlah hamba oleh junjungan hamba, dan para dewa-dewa pelindung, seperti halnya para leluhur, semoga hamba tidak mendapat kutukan, lancang. Sebab hamba akan menuturkan prihalnya beliau yang telah bersthana pada lempengan tembaga, lampiran leluhur, yang seharusnya di junjung oleh keturunan Airlangga.’

Keturunan Airlangga
Airlangga adalah keturunan Dharmodayana, Jadi berleluhur Warmadewa. Namun di jawa menurut prasasti Kalkuta, beliau menyatakan diri sebagai pewaris Dharmawangsa Teguh. Dengan melekatkan nama Uttungga Wikrama, yang dapat di lihat pada gelar lengkapnya “Rakai Halu Sri Lokeswara Dharmawangsa Teguh Wikramottunggadewa”. Penggunaan gelar dimadsud dapat di pahami hanyalah mengabsahkan dirinya yang berhak atas Kerajaan Kahuripan di Jawa Timur itu. Namun beliau tetap keturunan Warmadewa dari garis Purusa (Bapak).
            Prabhu Airlangga di Jawa berputra empat orang. Tiga orang lahir dari ibu Swari dan satu orang lahir dari seorang gadis gunung.
            Yang tertua adalah seorang putri yang bernama Sri Dewi Kili Endang Suci.
Ia juga di beri nama atau gelar Rake Kapucangan. Adek laki-lakinya masing-masing bernama Sri Jayabhaya dan Sri Jayasabha. Seorang putra yang lahir dari gadis gunung adalah Sirarya Buru. Konon ibu Arya di dapatkan di gunung, di sebuah desa ketika Prabhu Airlangga berburu.
            Sri Dewi Kili Endang tidak ada kemauannya menjadi raja. Airlangga menjadi susah, karena kedua putra nya berhak menggantikannya. Untuk itu ia mengutus Empu Bradah pergi ke bali, mengusahakan agar Jayasabha dapat di terima untuk menjadi Raja dibali. Namun Empu Kuturan menolak kehendak Prabhu Airlangga dengan alasan di Bali telah ada raja pengganti yaitu anak wungsu, yakni Adinda dari Airlangga sendiri.
            Untuk memecahkan permasalahan pergantian diri Airlangga sebagai raja, maka terpaksa Kerajaan Kahuripan di bagi dua, menjadi Kediri untuk Jayabhaya dan Janggala untuk Jayasabha. Dan Airlangga sendiri pergi bertapa dengan gelar Rsi Jatayu. Pembagian kerajaan Kahuripan ini terjadi tahun 1042 masehi, yang di laksanakan oleh Empu Bradah.
            Sri jayabhaya di Kediri berputra 3 orang, yang sulung bergelar Sri Aji Dangdang Gendis, yang kedua bergelar Siva Wandhira. Sedangkan yang wungsu bergelar Sri Jaya Kusuma.
            Sri Aji Dandang Gendis berputra Sri Aji Jaya Kathong, ia gugur di medan perang melawan persekutuan tentara Tartar dengan Sanggramawijaya. Sri Jayakatong berputra Sri Jayakatha. Adapun sri Siva Wandhira berputra Sri Jaya Waringin dan Sri Jaya Kusuma Berputra Sri Wira Kusuma. Sri Jaya Waringin Dan Sri Jayaktha tunduk kepada Ken Arok raja Singasari. Di sini mereka berdua di jadikan anak oleh Arya Gajah keturunan Kbo Ijo.
            Di Singasari Sri Jaya Katha berputra tiga orang, masing-masing bernama : Sirarya Wyahan Dalem Manyenang,di berikan gelar demikian, karena ia hidup sehat ketika ibunya di larikan ke Tumapel. Putra yang kedua berputra Arya Katanggaran dan yang paling kecil bernama Arya Mudhata. Sirarya Wayahan Manyeneng Berikutnya berputra Sirarya Gajah Para dan Siraya Getas. Sirarya katanggaran beristri dari keluarga Kbo Ijo, lalu berputra Sira Kbo Anabrang atau Sirarya Sabrang. Sira Kbo Anabrang mempunyai anak satu-satunya yang bernama Kbo Taruna,Terkenal dengan nama lainnya Siarya Singha Sardhula.
            Sri Jaya Waringin yang di jadikan anak oleh keluarga Kbo Ijo, mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Sirarya Kuta Mandhira. Berikutnya Sirarya Kuta Mandhira mempunyai anak laki-laki yang di beri nama Kuta Waringin. Dari sinilag awalnya ada keturunan atau Warga Kuta Waringin di Bali. Karena ia ke Bali ketika ekspedisi Majapahit.
            Sri Jaya Sabha di Janggala menurunkan seorang putra yang bernama Sira Aryeng Kediri dan berputra Sira Aryeng Kepakisan, yang dating ke Bali atas printah Maha Patih Gajah Mada, untuk Menyertai Sri Kresna Kepakisan Sebagai Adipati di Bali.
            Di Bali Sirarya kepakisan berputra dua orang yaitu Pangeran Nyuh Aya dan Pangeran Asak. Dalam generasi berikutnya Pangeran Nyuh Aya menurunkan 8 putra yaitu :
            1. Wini Ayu Widhi (dikawini oleh Klapodyana)
            2. Kiyayi Petandakan
            3. Kiyayi Satra
            4. Kiyayi Akah
            5. Kiyayi Cacaran
            6. Kiyayi Pelangan
            7. Kiyayi Kloping
            8. Kiyayi Angga.
Seddangkan Pangeran Asak berputra satu orang yaitu Kiyayi Nginte.

3 komentar: